1. Apa itu Kebijakan Fiskal
A. Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan dari pemerintah (negara) untuk mengarahkan dan mengendalikan jalannya roda perekonomian agar dapat dikembangkan iklim usaha yag baik, serta mengatur agar distribusi pendapatan dapat menjadi lebih baik, melalui anggaran pendapatan dan belanja negara. Disamping itu melalui kebijakan fiskal, pemerintah juga dapat melakukan campur tangan melalui pembuatan peraturan-peraturan, pembuatan usaha negara dan kebijakan yang lainnya. Dengan kata lain kebijakan fiskal erat berhubungan dengan APBN.
Kebijakan fiskal juga brpengaruh langsung terhadap tingkat permintaan pasar. Peningkatan pengeluaran (anggaran belanja) pemeritah akan bersifat ekspansioner dengan meningkatnya permintaan. Pertama-tama pada ke sektor swasta. Sejalan dengan itu, pengangguran-pengangguran pajak bisa juga bersifat ekspansi karena para wajib pajak akan mempunyai pendapatan disposabel yang lebih besar sehingga diharapkan akan memperoleh jumlah pendapatan yang lebih besar.
B. Tujuan ditetapkannya Kebijakan Fiskal
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran konsumsui pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat peendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
Kebijakan fiskal bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Kebijakan fiskal sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara pendapatan negara lain misalnyya bea dan cukai, devisa negara, pariwisata, pajak penghasilan, pajak bumi, dan bangunan, impor, dan lain-lain. Sedangkan untuk pengeluaran negara misalnya belanja persenjataan, pesawat, proyek pemerintah, pembangunan sarana dan prasarana umum, atau program lain yang berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat.
Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan laju investasi
2. Untuk mendorong investasi optimal secara sosial
3. Untuk meningkatkan kesempatan kerja
4. Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional
5. Untuk menanggulangi inflasi
6. Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
C. Fungsi Utama Kebijakan Fiskal
1. Fungsi Alokasi
Yaitu untuk mengalokasikan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga kebutuhan masyarakat berupa Public good seperti jalan, jembatan, pendidikan, dan tempat ibadah dapat terpenuhi secara layak dan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
2. Fungsi Distribusi
Fungsi yang mempunyai tujuan agar pembagian pendapatan nasional dapat lebih merata untuk semua kalangan dan tingat kehidupan
3. Fungsi Stabilisasi
Fungsi yang bertujuan agar terpeliharanya kesembangan ekonomi terutama berupa kesempatan kerja yang tinggi, tingkat harga-harga umum yang relatif stabil dan tingkat pertumbuha ekonomi yang memadai
D. Macam-Macam Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal yang ditempuh oleh suatu negara yang satu muungkin dapat berbeda dengan negara lain. Bahkan kebijakan fiskal yang ditempuh oleh suatu negara saja mungkin dapat berlainan apabila kondisinya berbeda. Macam-macam kebijakan fiskal yang ditempuh dapat berupa:
1. Sistem pajak progresif
Dalam sistem ini pembebanan pajak dilakukan dengan penggunaan persentase yang tidak sama, semakin tinggi pendapatan / kekayaan seseorang, maka semakin besar juga persentase beban pajaknya.
Sistem ini ada kebaikan dan kelemahannya. Kebaikannya antara lain adalah bahwa dengan cara ini mengurangi jumlah perbedaan pendapat orang yang kaya dengan golongan yang miskin dengan jalan mengurangi dari atas. Golongan kaya melalui Pemerintah terpaksa memberikan sebagian kekayaannya, yang oleh Pemerintah kemudian dimanfaatkan untuk pembuatan sarana sosial. Kelemahannya antara lain adalah mendorong golongan yang berpenghasilan tinggi untuk menyulap kekayaan yang besar menjadi tidak besar, dan memasukkan segala macam kebutuhan pribadi, ke dalam ongkos – ongkos sehingga seolah –olah labana menjadi sedikit. Karena labnaya sedikit, pembebanan pajak kemudian juga sedikit.
2. Kebijakan dalam ekonomi terbuka
Sistem terbuka disini berarti bersedia menerima pengaruh dari luar. Dengan terbukanya sistem ekonomi suatu negara, maka penanaman modal asing dapat diterima. Apabila dalam menghadapi masalah penanaman modal asing tersebut, dipertimbangkan masak – masak, akan dapat membantu pembanguna pada negara yang bersangkutan. Tetapi apabila tidak, maka justru akan terus dikuasai oleh pemilik modal asing, dengan perusahaan multi nasionalnya. Dengan sitem ekonomi terbuka, pengaruh konjungtur dunia dapat menggoyangkan perekonomian dalam negeri.
3. Kebijakan tabungan negara
Pada negara berkembang dimana sebagian besar masyarakatnya mempunyai penghasilan yang rendah, sulit mengadakan tabungan. Oleh karena itu tabungan hanya lebih dimungkinkan, apabila yang menjalankan itu Negara. Tabungan Negara dapat dimanfaatkan untuk pembentukan social overhead capitalyang nantinya akan sangat bermanfaat bagi kelancaran usaha meningkatkan kehidupan sosial ekonomis.
Negara Indonesia yang sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Dimana Tingginya tingkat krisis yang dialami negeri kita ini diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi. Kondisi seperti ini tak bisa dibiarkan untuk terus berlanjut dan memaksa pemerintah untuk menentukan suatu kebijakan dalam mengatasinya. Kebijakan moneter dengan menerapkan target inflasi yang diambil oleh pemerintah mencerminkan arah ke sistem pasar. Artinya, orientasi pemerintah dalam mengelola perekonomian telah bergeser ke arah makin kecilnya peran pemerintah.
Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Secara spesifik menurut Keynes, terdapat dua hal yang dpaat dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan fiskal yaitu:
1. Kebijakan fiskal ekspnsioner, yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dan penurunan.
2. Kebijakan fiskal konstraksioner, yaitu menaikan pajak dan/atau memangkas pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.
Contoh kebijakan fiskal apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarkat dengan cara memeprkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Proses penanganan masalah inflasi dengan menggunakan kebijakan fiskal tentunya dilakukan melalui beberapa tahap. Namun yang jelas adalah dalam masalah ini instrument kebijakan fiskal yang menjadi kajian utama adalah mengenai pajak negara. Alasannya mengapa pajak, karena dalam pajaklah yang akan memberikan pengaruh terhadap inflasi secara langsung. Inflasi pada dasarnya adalah keadaan dimana penurunan nilai mata uang dari sebuah negara yang diakibatkan karena terlalu banyaknya uang yang beredar di masyarakat jika dibandingkan dengan produk barang atau pun jasa yang ada saat itu. Dan dengan mengontrol pendapatan pajak, dalam hal ini dinaikan jumlah pajaknya, maka akan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Memang benar jika dengan penerapan kebijakan melalui penaikan pajak tersebut maka akan menimbulkan masalah ekonomi yang lain yaitu makin mahalnya harga barang barang di pasaran, namun hal ini tentunya dibarengi dengan makin sedikitnya uang yang beredar dan menurunnya angka inflasi. Dan jika tingkat inflasi bisa terkendali maka secara global perekonomian pun termasuk proses produksi dalam negeri bisa berjalan lebih baik. Dalam hal ini pemerintah tentunya juga mengkombinasikan dengan kebijakan moneter untuk mengontrol laju nilai mata uang.
A. Pengertian
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya
merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal
(pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan
keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapinya tujuan
ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur denan
kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang
seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan
dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudia ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan moneter
merupakan upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara
berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mecapai
tujuan tersebut Bank sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur
keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat
terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang. Kebijakan moneter dilakukan antar lain dengan salah
satu anmun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro
wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi
bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
B. Jenis-jenis
kebijakan moneter
Dalam prakteknya, untuk
menerapkan semua jenis kebijakan moneter alat utama yang digunakan adalah
memodifikasi jumlah uang primer yang beredar. Otoritas moneter melakukan hal
ini dengan membeli atau menjual aset keuangan (biasanya kewajiban pemerintah).
Ini operasi pasar terbuka berubah baik jumlah uang atau likuiditas (jika bentuk
cair kurang dari uang yang dibeli atau dijual). The multiplier effect perbankan
cadangan fraksional memperkuat dampak dari tindakan. transaksi pasar Konstan
oleh otoritas moneter memodifikasi pasokan mata uang dan ini dampak variabel
pasar lain seperti suku bunga jangka pendek dan nilai tukar.
Inflasi penargetan
Berdasarkan pendekatan
kebijakan target adalah untuk menjaga inflasi , di bawah sebuah definisi
tertentu seperti Indeks Harga Konsumen , dalam kisaran yang diinginkan. Target
inflasi ini dicapai melalui penyesuaian berkala kepada Bank Sentral suku bunga
target. Tingkat bunga yang digunakan adalah umumnya tingkat antar bank di mana
bank meminjamkan kepada satu sama lain semalam untuk keperluan arus kas. Tergantung
pada negara ini tingkat bunga tertentu yang bisa disebut uang bunga atau
sesuatu yang serupa.
Target suku bunga dipertahankan untuk jangka waktu
tertentu menggunakan operasi pasar terbuka. Biasanya durasi bahwa target suku
bunga dipertahankan konstan akan bervariasi antara bulan dan tahun. Target suku
bunga biasanya ditinjau secara bulanan atau kuartalan oleh komite kebijakan.
Perubahan target suku bunga dibuat sebagai tanggapan
terhadap berbagai indikator pasar dalam upaya untuk memperkirakan tren ekonomi
dan dengan demikian pasar tetap pada jalur untuk mencapai sasaran inflasi yang
ditetapkan. Sebagai contoh, satu metode sederhana inflation targeting disebut
aturan Taylor menyesuaikan tingkat suku bunga sebagai respon terhadap perubahan
dalam tingkat inflasi dan kesenjangan output . Aturan diusulkan oleh John B.
Taylor dari Universitas Stanford .
Harga Penargetan Tingkat
Harga penargetan tingkat
mirip dengan inflation targeting kecuali bahwa pertumbuhan CPI dalam satu tahun
atas atau di bawah target tingkat harga jangka panjang adalah offset pada
tahun-tahun berikutnya sehingga tingkat harga yang ditargetkan tercapai dari
waktu ke waktu, misalnya lima tahun, memberikan kepastian lebih lanjut tentang
masa depan kenaikan harga kepada konsumen. Dalam inflation targeting apa yang
terjadi pada tahun-tahun terakhir segera tidak diperhitungkan atau disesuaikan
dalam tahun berjalan dan masa depan.
Agregat Moneter
Pada 1980-an, beberapa
negara menggunakan pendekatan yang didasarkan pada pertumbuhan konstan dalam
jumlah uang beredar. Pendekatan ini disaring untuk memasukkan kelas yang
berbeda dari uang dan kredit (M0, M1 dll). Di Amerika Serikat ini pendekatan
kebijakan moneter dihentikan dengan pemilihan Alan Greenspan sebagai Ketua Fed.
Pendekatan ini juga kadang-kadang disebut monetarisme . Sementara
kebijakan yang paling moneter berfokus pada sinyal harga satu bentuk atau lain,
pendekatan ini difokuskan pada jumlah moneter.
Nilai Tukar Tetap
Kebijakan ini didasarkan
pada mempertahankan nilai tukar tetap dengan mata uang asing. Ada berbagai
tingkat nilai tukar tetap, yang dapat peringkat dalam kaitannya dengan cara
kaku kurs tetap adalah dengan bangsa jangkar.
Di
bawah sistem nilai fiat tetap, pemerintah daerah atau otoritas moneter
menyatakan nilai tukar tetap tetapi tidak aktif membeli atau menjual mata uang
untuk mempertahankan tingkat. Sebaliknya, tingkat dipaksakan
oleh-konvertibilitas tindakan-tindakan non (misalnya kontrol modal , impor /
lisensi ekspor, dll). Dalam hal ini ada tingkat pasar gelap tukar dimana
perdagangan mata uang pada pasar / nilai tidak resmi.
Di
bawah sistem fixed-konvertibilitas, mata uang dibeli dan dijual oleh bank
sentral atau otoritas moneter setiap hari untuk mencapai nilai tukar target.
Tingkat mungkin target tingkat tetap atau sebuah band tetap di mana nilai tukar
dapat berfluktuasi sampai otoritas moneter campur tangan untuk membeli atau
menjual yang diperlukan untuk mempertahankan nilai tukar dalam band. (Dalam
kasus ini, nilai tukar tetap dengan tingkat tetap dapat dilihat sebagai kasus
khusus dari kurs tetap dengan band-band di mana band-band yang diatur ke nol.)
Di
bawah sistem nilai tukar tetap dikelola oleh suatu dewan mata uang setiap unit
mata uang lokal harus didukung oleh unit mata uang asing (mengoreksi nilai
tukar). Hal ini memastikan bahwa basis moneter lokal tidak akan mengembang
tanpa didukung oleh mata uang keras dan menghilangkan segala kekhawatiran
tentang berjalan di mata uang lokal dengan mereka yang ingin mengkonversi mata
uang lokal ke mata uang (jangkar) keras.
Dalam
dolarisasi , mata uang asing (biasanya dolar AS, maka istilah “dolarisasi”)
digunakan secara bebas sebagai media pertukaran, baik secara eksklusif atau
paralel dengan mata uang lokal. Hal ini dapat terjadi karena penduduk setempat
telah kehilangan iman semua dalam mata uang lokal, atau mungkin juga kebijakan
dari pemerintah (biasanya untuk mengendalikan inflasi dan impor kebijakan
moneter kredibel).
Kebijakan
ini sering turun tahta kebijakan moneter dengan otoritas moneter asing atau
pemerintah sebagai kebijakan moneter di negara mengelompokkan harus
menyelaraskan dengan kebijakan moneter dalam jangkar bangsa untuk
mempertahankan nilai tukar. Tingkat dimana kebijakan moneter lokal menjadi
tergantung pada jangkar bangsa tergantung pada faktor-faktor seperti mobilitas
modal, keterbukaan, saluran kredit dan faktor ekonomi lainnya.
Pengaturan jumlah uang
yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau mengurangi jumlah
uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.
Kebijakan
Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka menambah jumlah uang yang beedar.
2.
Kebijakan
Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy Adalah suatu kebijakan dalam
rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga dengan kebijakan uang
ketat (tight money policy).
Kebijakan moneter dapat
dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain :
1. Operasi Pasar Terbuka
(Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka
adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau membeli surat
berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin
jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya
adalah SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau
singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.
2. Fasilitas Diskonto
(Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah
pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral
pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami kekurangan uang sehingga harus
meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga
demi membuat uang yang beredar berkurang.
3. Rasio Cadangan Wajib
(Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib
adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana cadangan
perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang
beredar, pemerintah menaikkan rasio.
4. Himbauan Moral (Moral
Persuasion)
Himbauan moral adalah
kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah
uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk
memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
Kebijakan
fiskal dan moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk
mengelola isi permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang
mendekati full employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan
jasa agar inflasi dan deflasi tidak terjadi.
Bagi negara sedang
berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang sedang
berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa serta
membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan campuran
adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan dengan
cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang beredar
secara bersama-sama.
Sebagaimana diketahui bahwa
negara Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi yang berlangsung sejak beberapa
tahun yang lalu. Tingginya tingkat krisis yang dialami negri kita ini
diindikasikan dengan laju inflasi yang cukup tinggi. Sebagai dampak atas
inflasi, terjadi penurunan tabungan, berkurangnya investasi, semakin banyak
modal yang dilarikan ke luar negeri, serta terhambatnya pertumbuhan ekonomi.
Bank
Centtral juga menghadapi masalah bagaimana mengamankan mengamankan uang
masyarakat di bank-bank Indonesia agar masyarakat tidak menarik uangnya dari
bank yang akan mengakibatkan akses negatif ke sektor moneter Indonesia. Bank
Indonesia melihat bahwa kondisi inflasi inti yang saat ini sedang naik akan
mengakibatkan return terhadap tabungan akan berkurang sehingga untuk mencegah
masyarakat merasa uang mereka di bank tidak aman, dan lebih baik disimpan
dengan cash dibawah kasur, maka bank Indonesia menaikkan SBI nya. Sehingga
masyarakat juga merasa aman untuk menyimpan uang di bank. Tetapi akibat
masyarakat juga semakin malas untuk berinvestasi karena biaya investasi akan
semakin mahal karena bunga pinjaman juga otomatis naik karena SBI naik.
3. Hubungan
antara Kebijakan Fiskal dan Moneter
Sebagaiman kita ketahui bahwa
kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat berharga, dan
pasar uang dan surat berhargta itu akan menentukan tinggi rendahnya tingkat
bunga, dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal
akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada
giliranya permintaan dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar
barang dan jasa. Kondisi di pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat
harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah
yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan balik yaitu pendapatan akan
memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat dan upah harapan mempunyai
umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta pasar surat
berharga.
Kesimpulan
Krisis global saat ini jauh lebih
parah dari perkiraan semula dan suasana ketidakpastiannya sangat tinggi. Kepercayaan masyarakat dunia terhadap perekonomian
menurun tajam. Akibatnya, gambaran ekonomi dunia terlihat makin suram dari hari
ke hari walaupun semua bank sentral sudah menurunkan suku bunga sampai tingkat
yang terendah.
Kebijakan fiskal dan
moneter adalah kebijakan yang di lakukan dengan tujuan untuk mengelola isi
permintaan barang dan jasa, untuk mempertahankan produksi Yang mendekati full
employment dan untuk mempertahankan tingkat harga barang dan jasa agar inflasi
dan deflasi tidak terjadi.
Dari semua unsur APBN
hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran dan Negara dan pajak yang dapat
diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiskal. Contoh kebijakan fiskal adalah
apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi
kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau
menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
Kebijakan Moneter
bertumpu pada hubungan antara tingkat bunga dalam suatu perekonomian, yaitu
harga di mana uang yang bisa dipinjam, dan pasokan total uang. Kebijakan
moneter menggunakan berbagai alat untuk mengontrol salah satu atau kedua, untuk
mempengaruhi hasil seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar dengan
mata uang lainnya dan pengangguran.
Bagi negara sedang
berkembang sebenarnya sulit untuk menyesuaikan antara pendapatan negara yang
sedang berkembang rendah sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa
serta membelanjai pengeluaran yang lainya lebih besar. Sedangkan kebijakan
campuran adalah merupakan campuran daari dua kebijakan bdiatas yang di lakukan
dengan cara mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.